AFPI Goes To Campus

Adakami.id- Pada Selasa (7/3/2023) kemarin, Asosiasi Fintech P2P Lending Indonesia (AFPI) bersama Adakami mengadakan bertajuk AFPI Goes To Campus: Bijak Memahami Hak dan Kewajiban Konsumen Fintech Pendanaan Bersama. Jika sebelumnya acara sesi pertama diadakan bersama Universitas Katolik Atma Jaya, kali ini acara digelar bersama Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Bima secara hybrid.

Jika di dalam ruangan kelas kuliah, biasanya pembahasan mengenai fintech P2P lending tidak dibahas secara mendalam. AFPI mengadakan acara ini untuk memberikan pengetahuan bagi mahasiswa mengenai fintech P2P lending .

Sebelum menjelaskan lebih dalam mengenai fintech P2P lending, Jonathan Kriss (Business Development Manager AdaKami) menyampaikan jika hanya 50-60 % orang Indonesia yang memiliki akses ke perbankan. Seperti yang diketahui di beberapa daerah pelosok, masih banyak orang yang menyimpan uang di bawah kasur atau bantal. Padahal kebanyakan orang saat ini, memiliki rekening adalah sesuatu yang normal. Bagi Jonathan ini adalah PR AdaKami untuk menciptakan finansial inklusif yang bisa diakses oleh semua orang termasuk mahasiswa.

Ternyata fintech P2P lending, tidak hanya bisa dimanfaatkan sebagai pinjaman konsumtif. Namun juga pinjaman produktif. Lalu seperti apa pemanfaatan fintech P2P lending untuk pinjaman produktif mahasiswa?

“P2P lending sebaiknya digunakan sebagai side hustle atau penghasilan tambahan. Contohnya seperti apa meminjam uang untuk kebutuhan produktif. Pinjaman produktif nggak harus untuk membuka usaha, tapi untuk sesuatu yang menghasilkan. Bukan sekedar tuntutan sosial,” jelas Jonathan Kriss.

Jonathan kemudian memberikan contoh pemanfaatan pinjaman fintech P2P lending yang menghasilkan bagi mahasiswa.

“Misalnya laptop teman-teman rusak. Sementara teman-teman harus membuat skripsi supaya lulus, supaya dapat kerja, supaya memiliki uang. P2p lending bisa jadi alternatif bagi kamu yang mengalami masalah ini,” ujar Jonathan kepada para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bima.

“Dari uang yang didapat dari p2p lending, kita harus memiliki mindset untuk cepat lulus, lalu cepat dapat kerja,” tambahnya.

Tak hanya itu, ia juga memaparkan aplikasi fintech P2P lending sebagai side hustle. Misalnya, kamu adalah seorang fotografer yang sedang kuliah. Namun kamu butuh uang  untuk melakukan servis pada kamera milikmu. Aplikasi fintech P2P lending bisa jadi solusi.

Namun ada hal yang perlu dipertimbangkan saat kamu sebagai mahasiswa memutuskan untuk mengajukan pinjaman di fintech P2P lending.

“Meminjam P2P lending memang jadi salah satu alternatif kondisi tersebut, namun bukan berarti limitnya yang banyak, kamu bisa bebas membeli laptop untuk main game misalnya yang harganya di atas Rp 10 juta,” tutur Jonathan mengingatkan akan tanggung jawab saat memutuskan untuk meminjam.

“Maka dari itu, penting sekali untuk melakukan pencatatan keuangan mengenai uang yang keluar dan masuk. Kamu juga harus mencari tahu kemampuanmu dalam membayar pinjaman,” ujarnya lagi.

Nah, demikian beberapa hal yang perlu kamu perhatikan sebagai mahasiswa yang memutuskan untuk meminjam uang di fintech P2P Lending.

Tips AdaKami: Hal yang perlu kamu perhatikan sebagai mahasiswa saat memutuskan untuk pinjam di aplikasi fintech P2P lending adalah:
1) Perhatikan kembali urgensi kamu meminjam uang di fintech P2P lending. Apakah kondisi benar-benar darurat atau tidak untuk meminjam uang.

2) Pastikan kamu melakukan pencatatan keuangan untuk mengetahui arus uang yang keluar dan masuk. Lewat pencatatan keuangan ini, kamu bisa mengetahui kemampuanmu dalam membayar pinjaman.

(*)

By F