AdaKami.id– Buku The Psychology of Money merupakan salah satu buku yang sempat menjadi tren di berbagai sosial media. Buku karya Morgan Housel membahas tentang bagaimana cara setiap orang mengatur keuangan yang berbeda-beda. Dalam buku itu dijelaskan jika setiap orang memiliki caranya sendiri mengatur keuangan tergantung lingkungan seseorang dibesarkan, bagaimana ia tumbuh, dan pengalaman hidupnya. Tapi ada yang menarik dari buku tersebut. Meski kadang kita telah melakukan pengelolaan keuangan dengan baik, setiap orang pasti memiliki blind spot atau yang dikenal dengan titik buta. Untuk itu, penting bagi TemanKami mengetahui blind spot masing-masing agar tidak melakukan hal yang membuat menyesal di masa depan. 

TemanKami, ada tiga blindspot yang perlu dihindari saat mengelola keuangan berdasarkan buku The Psychology of Money. Yuk, simak di bawah ini!

1) Sikap impulsif mengeluarkan uang

Kadang kita merasa ingin membeli sesuatu dengan alasan “I want it, I get it” tanpa berpikir apakah kita benar-benar membutuhkan barang itu atau tidak. Sikap tersebut adalah sikap impulsif dalam melakukan pengeluaran tanpa mempertimbangkan skala prioritas. Sikap impulsif ini, juga akan berpengaruh pada rencana keuangan yang berpotensi mengganggu cash flow keuangan. Jika hal itu terlanjur terjadi, sebaiknya TemanKami perlu menghitung lagi pemasukan pasa bulan itu dan mengkalkulasikannya dengan pengeluaran yang sudah terjadi, dengan begitu TemanKami dapat membuat perencanaan yang lebih baik ke depannya. .

2) Memiliki gaya hidup di luar kemampuan keuangan

Gaya hidup yang dianut oleh setiap orang tentu memengaruhi besaran pengeluaran. Tidak sedikit orang terlilit utang untuk memenuhi gaya hidup di luar kemampuan. Tentu saja sikap memaksakan diri ini bisa menjerumuskan diri dalam kesulitan ekonomi. Sebuah survei yang dilakukan oleh Credit Karma, menemukan jika hampir 40 persen milenial menghabiskan uang dan terlilit utang demi memenuhi gaya hidup dan hubungan sosial. Contoh sikap ini ialah berutang demi membeli mobil mewah, tas branded, atau smartphone keluaran terbaru tanpa memperhatikan kemampuan ekonomi. Dalam buku karyanya, Morgan Housel mengatakan bahwa orang-orang saat ini sibuk ingin terlihat kaya di mata orang. Baginya hal itu bisa berpotensi untuk membuat kita kehilangan kesempatan untuk membangun kekayaan sejati.

3) Membandingkan diri dengan orang lain

Salah satu penyebab sikap konsumtif muncul ialah membandingkan diri dengan orang lain. Menurut Morgan Housel dalam bukunya, tidak ada alasan bagi kita mempertaruhkan apa yang kita punya untuk sesuatu yang sebenarnya tidak ingin kita miliki dan tidak kita butuhkan. Ia beranggapan jika kapitalisme menghasilkan kekayaan dan juga kecemburuan sosial, sehingga masalah membandingkan diri menjadi proses yang tidak akan ada habisnya. Merasa cukup adalah kunci untuk bisa menikmati hidup menurut Morgan Housel. Cukup berarti TemanKami tahu kapan harus menghindari melakukan sesuatu yang akan memicu penyesalan seperti belanja impulsif.

(*)

By F