Secara sederhana, aset bisa diartikan sebagai kekayaan yang dimiliki, baik berupa uang tunai, atau benda berharga lainnya yang bisa diukur sesuai dengan nilai uang, misalnya rumah, kendaraan bermotor, deposito, tabungan, emas, saham dan lainnya. 

Aset sendiri punya banyak jenis, sesuai dengan fungsi dan karakternya masing-masing. Namun dari sekian banyak jenis aset yang bisa kamu miliki, ada dua jenis aset yang cukup dikenal, dia adalah aset generatif dan aset akumulatif.

Aset Akumulatif

Aset akumulatif merupakan jenis aset yang nilainya dan nominalnya bisa bertambah dengan sendirinya, atau bisa memberikan keuntungan finansial. Contoh aset akumulatif paling mudah dipahami adalah, logam mulia seperti emas, perak dan lainnya. 

Secara perlahan, emas yang kamu simpan nilainya akan semakin meningkat, menyeimbangkan diri dengan inflasi. Nilai emas yang kamu simpan bahkan akan meningkat drastis di momen-momen tertentu, misalnya di saat krisis, atau ketika permintaan emas tinggi. 

Selain emas, masih banyak produk investasi lainnya yang masuk dalam kategori aset akumulatif, misalnya deposito, reksadana, tabungan emas, unit link, dan lainnya. 

Aset Generatif

Aset generatif merupakan aset aktif yang dikumpulkan hingga nilainya masuk dalam titik tertentu, setelah itu aset tersebut bisa mendatangkan passive income. Contohnya kamu punya tabungan sebesar 2 miliar. Setelah itu tabungan tersebut didepositokan hingga jumlahnya terus tumbuh. 

Contoh lainnya adalah tanah atau properti. Kamu membeli tanah atau properti dengan nilai tertentu, setelah itu tanah atau properti tersebut kamu gunakan untuk keperluan produktif, misalnya dijadikan lahan pertanian, di kontrakan, atau dijadikan sebagai tempat usaha. 

Selain itu, masih banyak jenis aset lainnya yang bisa masuk dalam kategori aset generatif, misalnya surat atau dokumen berharga, dan lainnya.

Termasuk Aset Akumulatif Plus Generatif

Meski ada perbedaan yang mencolok antara aset generatif dan aset akumulatif, namun faktanya keduanya bisa bergabung dalam satu pengertian. Misalnya untuk tanah. Dia bisa menjadi aset akumulatif karena secara alami harga tanah akan terus mengalami peningkatan. 

Harga tanah akan langsung ‘melompat’ dalam waktu singkat jika terjadi kondisi tertentu, misalnya tanah yang kamu miliki masuk dalam rencana area vital, atau ada program tertentu yang membuat kamu ‘dipaksa’ menyerahkan tanah tersebut dengan harga tinggi. 

Namun di satu waktu, tanah petak yang kamu miliki bisa menjelma jadi aset generatif saat dimaksimalkan menjadi lahan produktif, seperti dijadikan sebagai lahan perkebunan, atau disewa pihak lain untuk berbagai keperluan, seperti membuka tempat usaha, perkebunan dan lainnya. 

Kesimpulan

Meski sama-sama memberi keuntungan jangka panjang, secara prinsip aset generatif dan aset akumulatif punya perbedaan yang cukup mencolok. Aset akumulatif bisa mendatangkan keuntungan tanpa ada campur tangan pemiliknya. Artinya, dia bisa bekerja sendiri untuk menaikkan nilainya. 

Sementara aset generatif bisa memberikan keuntungan jika ada action atau upaya tertentu dari pemiliknya. Dari segi jumlah keuntungan, aset generatif cenderung lebih besar dari akumulatif, tergantung dari kemampuan pemiliknya untuk mengelola aset tersebut. 

Sementara aset akumulatif cenderung berjalan sendiri, dan butuh sedikit keberuntungan untuk bisa ‘melompatkan’ nilainya. Dalam kondisi normal, aset keuntungan aset akumulatif bisa dihitung, sementara aset generatif sulit untuk dihitung, dan ada sedikit peluang rugi.