Bagi shopaholic, belanja bukan hanya sebatas memenuhi kebutuhan hidup saja, tapi juga sebagai cara untuk bersenang-senang dan menampilkan ekstensi di lingkungan pergaulannya. Faktor gengsi inilah yang membuat banyak shopaholic yang akhirnya terlilit masalah ekonomi.
Bagaimana jika kita sudah terlanjur jadi shopaholic. Adakah cara untuk keluar dari situasi ini? Tentu saja ada, berikut merupakan langkah yang harus kamu lakukan.
- Sadari Kebiasaan Ini Salah
Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah, sadari jika kamu seorang shopaholic, dan ini salah. Untuk mengetahui apakah kamu termasuk sebagai seorang shopaholic atau bukan, ada beberapa kebiasaan yang dijadikan sebagai indikatornya.
Yang paling umum adalah, kamu berbelanja bukan untuk memenuhi kebutuhan, tapi untuk menunjukkan jika kamu mampu membeli barang tersebut (meski tidak membutuhkannya). Selain itu, kamu punya banyak kantong belanja yang belum pernah dibuka.
Ciri lainnya, kamu kerap melebihkan harga barang yang dibeli dan menyebutnya sebagai kualitas nomor satu, produk terbatas, dan lainnya, meski produk tersebut didapat dengan harga diskon.
- Jauhi Lingkungan Yang Buruk
Sadar atau tidak, lingkungan yang buruk akan berdampak kepada kebiasaan buruk yang kamu lakukan. Maka dari itu, setelah menyadari jika kebiasaan belanjamu salah, segera jauhi kelompok yang membuatmu termotivasi untuk belanja hal-hal yang tidak dibutuhkan.
Tidak perlu sekaligus, kamu bisa mundur secara teratur. Misalnya, mencari aktivitas lain yang memungkinkan kamu untuk tidak terlalu sering bergaul bersama mereka, atau tidak perlu menanggapi jika salah satu dari mereka memamerkan hasil belanja terbarunya.
Perlu diingat, poin ini merupakan hal yang sangat penting untuk kamu lakukan, minimalnya sampai kamu mampu untuk mengendalikan nafsu belanja.
- Minta Orang Lain Mengurus Uangmu
Sebagai shopaholic, tentu kamu akan merasa ‘gatal’ jika dalam rekening atau dompet masih tersisa uang. Rasanya ingin langsung membelanjakan uang tersebut hingga habis. Nah untuk mengatasi hal ini, kamu bisa meminta kepada orang yang kamu percaya untuk memegang keuanganmu.
Jelaskan alasan kenapa kamu ingin mereka yang memegang uangmu, dan minta mereka bersikap tegas jika ‘penyakit belanja’ tersebut mulai kumat. Agar mereka bisa bersikap tegas, sebaiknya pilih orang yang disegani, seperti pasangan, atau orangtua.
Jika memang dibutuhkan, kamu bisa menyewa seorang pakar keuangan untuk jadi penasehat, sekaligus memegang uangmu untuk sementara hingga kamu bisa ‘mengendalikan diri’.
- Sisihkan Uang Untuk Berbagi
Di saat kamu menghamburkan uang dengan membeli produk-produk yang sebenarnya tidak dibutuhkan, di sisi lainnya ada orang yang justru harus menabung cukup lama demi membeli produk yang mungkin harganya tidak akan sampai seperempat dari harga barang yang kamu beli.
Untuk menyadari hal ini, cobalah untuk menyisihkan uang belanja, kemudian kunjungi tempat-tempat yang sedang tertimpa bencana, panti asuhan atau tempat tinggal orang-orang yang tidak seberuntung kamu. Lihatlah kondisi mereka, apa yang akan kamu lakukan jika tiba-tiba berada di posisi mereka?
Dengan memperbanyak kunjungan dan aktivitas sosial seperti ini, kamu akan lebih bersyukur dan berpikir dua kali sebelum menghamburkan uang demi hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
- Konsultasi Dengan Profesional
Jika kamu sudah melakukan semua cara di atas, namun kebiasaan ini masih belum ‘sembuh’, mungkin masalahnya bukan pada lingkungan atau gaya hidupmu, tapi dari faktor kejiwaan. Untuk mengatasinya, jangan ragu kunjungi profesional dan ceritakan semuanya kepada mereka.
Minta mereka untuk membantumu mengatasi kebiasaan buruk ini. Sekarang sudah banyak metode penyembuhan yang bisa kamu pilih, salah satunya dengan teknik hipnoterapi.