Beberapa waktu yang lalu dunia dikejutkan dengan penurunan harga bitcoin. Mata uang digital tersebut nilainya merosot hingga 8 persen menuju angka USD 53.000 per keping atau setara dengan harga 742 jutaan, hingga akhirnya banyak membuat investor sport jantung.
Padahal sebelumnya, banyak yang percaya jika Bitcoin akan jadi mata uang cadangan dunia. Terlebih saat ini beberapa perusahaan besar, seperti Mastercard, Tesla dan lainnya, sudah mulai melirik mata uang kripto tersebut.
Apa Itu Bitcoin?
Bitcoin merupakan mata uang baru yang diciptakan tahun 2009. Penciptanya sendiri dikenal dengan nama Satoshi Nakamoto. Namun hingga kini belum diketahui sosok asli dari Satoshi, dan baru terkonfirmasi jika nama tersebut hanya samaran saja.
Bitcoin kerap digunakan dalam transaksi di dunia maya tanpa menggunakan perantara atau pihak bank. Prinsipnya sama dengan sistem peer to peer (P2P), namun Bitcoin bekerja tanpa penyimpanan tunggal. Departemen Keuangan Amerika menyebutnya sebagai mata uang terdesentralisasi .
Hal lainnya yang perlu kamu ketahui, bitcoin ternyata tidak bergantung pada satu penerbit utama, melainkan hanya menggunakan database yang di sebar ke node-node dari jaringan P2P menuju jurnal transaksi. Sampai titik ini, sangat wajar jika banyak pakar menilai Bitcoin sangat berbahaya.
Diprediksi tembus 14 Miliar
Sebelum tragedi penurunan harga Bitcoin, harga mata uang besutan Satoshi Nakamoto tersebut diprediksi akan mencapai angka USD 1 juta atau setara dengan 14 miliar. Tentu ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat, namun bisa terjadi dalam beberapa waktu ke depan.
Tidak tanggung-tanggung, prediksi tersebut diungkap oleh salah satu pendiri Morgan Creek Digital Assets, Anthony Pompliano. Dalam keteranganya, Pompliano menjelaskan jika Bitcoin punya semua hal yang memungkinkan harganya bisa mencapai USD 1 juta per keping.
Ada sejumlah alasan kenapa Bitcoin akan jadi primadona di dunia, diantaranya:
- Partisipasi besar dari investor ternama, seperti bos Tesla, Elon Musk yang menginvestasikan uang sekitar USD 1.5 Miliar untuk membelinya, akan membuat Bitcoin lebih dipercaya.
- Bank sentral dunia memutuskan untuk memberikan penurunan suku bunga. Meski tujuan awalnya untuk meredam pukulan dari pandemi Covid-19, namun hal ini justru diprediksi malah akan memperkuat posisi bitcoin dan mata uang digital lainnya.
- Bitcoin merupakan aset yang sangat terbatas dan masuk dalam jajaran teknologi terdesentralisasi. Hal inilah yang membuat investor yang menginginkan Bitcoin mau tidak mau harus mengeluarkan uang dalam jumlah yang banyak.
- Bitcoin tidak punya otoritas pusat yang mengontrolnya. Selama ini jaringan bitcoin hanya dikelola oleh penambang yang memproses transaksi. Keunggulan ini bisa membuat harga bitcoin terus melesat, meski hal ini pun sangat beresiko membuat harganya anjlok.
Terlepas dari semua itu, banyak pihak yang meminta para investor untuk lebih berhati-hati saat ‘bermain’ bitcoin. Pasalnya, mata uang kripto tersebut tidak aman dan sangat sensitif. Harga bitcoin bisa mengalami peningkatannya signifikan, namun penggunaannya pun bisa terjadi lebih signifikan.
Selain itu, Bitcoin pun diduga berpotensi dijadikan sebagai alat untuk tindak kejahatan, seperti pencucian uang, tindakan terorisme dan lainnya. Hal ini dibuktikan oleh Pemerintah Nigeria yang menuduh kelompok pendemo pemerintah menerima bayaran dalam bentuk Bitcoin.
Hal ini bahkan mendorong Bank Sentral Nigeria untuk memasukkan Bitcoin sebagai mata uang ilegal. Siapapun yang kedapatan memiliki, atau bertransaksi dengan menggunakan bitcoin, akan mendapatkan sanksi, mulai dari pembekuan rekening, hingga ancaman pidana.