Sempat memicu banyak kontroversi, popularitas Bitcoin kini terus mengalami peningkatan. Terlebih saat ini banyak lembaga keuangan ternama, dan para miliuner dunia yang memutuskan untuk memilikinya. Tidak tanggung-tanggung, mereka mengolesi bitcoin dalam jumlah fantastis.
Dianggap aman dan diproyeksikan jadi investasi yang menguntungkan, hal inilah yang kemudian membuat harga bitcoin terus meroket. Dengan jumlahnya yang semakin terbatas telah membuat harga mata uang kripto ini diprediksi tembus hingga USD 1 juta per keping, setara 14 Miliar.
Harga Mulai Menurun
Setelah terus-menerus menciptakan rekor fantastis, bitcoin akhirnya mulai lelah menanjak. Dilansir Reuters, saat ini investor mulai harap-harap cemas karena uang digital terpopuler tersebut anjlok hingga 8 persen ke angka USD 53.000 per keping atau setara 742.
Penurunan ini sebenarnya bukan yang pertama. Beberapa waktu yang lalu harga bitcoin mengalami penurunan hingga 7,5 persen menuju angka USD 53.177. Ironis memang, pasalnya pekan kemarin bitcoin sempat mencatatkan rekor dengan peningkatan harga menjadi 58.254 per keping.
Dalam keterangannya, pendiri DeversiFi, Ross Middleton, menilai jika penurunan harga bitcoin yang terjadi secara beruntun tersebut disebabkan karena aksi jual dari para investor setelah mereka mengantongi 100 persen keuntungan dalam beberapa bulan terakhir.
Peningkatan tersebut telah membuat kapitalisasi pasar bitcoin tumbuh menjadi USD 1 triliun. Aksi jual tersebut merupakan bentuk pelanggaran atas kegembiraan pekan lalu, sekaligus sebagai bagian dari kebutuhan untuk menyeimbangkan harganya.
Sebagai catatan, peningkatan harga bitcoin yang telah mencapai lebih dari USD 50.000 tidak lepas dari penerimaan kalangan investor dan perusahaan besar dunia, seperti BNY Mellon, Tesla Inc, hingga Mastercard Inc yang mulai berani menerima mata uang besutan Satoshi Nakamoto tersebut.
Selain itu, ada juga catatan yang menyebut jika lonjakan harga Bitcoin dipicu keputusan Bos Tesla, Elon Musk yang memborong bitcoin dalam jumlah tinggi. Bahkan Elon Musk pun sempat mencuitkan pandangannya terkait bitcoin di akun Twitter pribadinya.
Diperingatkan Menteri Keuangan Amerika
Penurunan harga bitcoin sendiri sebelumnya sudah diprediksi Menteri Keuangan Amerika, Janet Yellen. Dalam keteranganya, Yellen menjelaskan ketidakstabilan dan efisiensi bitcoin masih diragukan karena unsur legalitas, sehingga sangat berbahaya bagi publik, maupun investor.
Ekonom sekaligus Dewan Gubernur Federal Reserve System tersebut mengkhawatirkan jika bitcoin akan digunakan sebagai alat transaksi keuangan gelap. Tentu bukan tanpa alasan, Yellen menilai jika penggunaan bitcoin sangat sulit dilacak.
Alasan lainnya yang terbilang masuk akal yakni, harga bitcoin yang mengalami kenaikan signifikan, dan bukan tidak mungkin akan mengalami penurunan signifikan juga. Hal ini menunjukkan jika bitcoin sangat tidak stabil dan berpotensi membawa dampak yang merugikan.
Selain Yellen, beberapa orang paling berpengaruh di dunia pun sempat mengkhawatirkan penurunan harga bitcoin. Misalnya bos Microsoft, Bill Gates yang menilai bitcoin sangat tidak aman, dan dikhawatirkan akan digunakan sebagai bagian dari tindak kejahatan.
Hal yang sama diungkap Presiden Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde yang mendorong pengaturan khusus terkait transaksi menggunakan bitcoin, mengungkap identitas siapa saja pemilik, dan membuka data terkait orang yang bertransaksi menggunakan bitcoin.
Jika kondisi ini dibiarkan, Lagarde khawatir bitcoin akan digunakan sebagai bagian dari transaksi hitam, seperti pencucian uang dan lainnya. Fakta lainnya, harga bitcoin yang tidak stabil membuktikan jika mata uang kripto ini bersifat sangat spekulatif.