Ada banyak hal yang sudah ditanamkan orangtua sejak kita masih kecil, salah satunya mendorong agar kita rajin menabung. Terdengar sangat mudah karena kini banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menabung, namun dalam prakteknya terkadang hal tersebut sangat sulit dilakukan?
Kenapa bisa seperti itu? Berikut merupakan beberapa penyebab kenapa kamu sulit untuk membiasakan menabung, dan bagaimana cara untuk mengatasinya.
Sulit Membedakan Kebutuhan dan Keinginan
“Belanjalah sesuai kebutuhan, dan tunda keinginan,” Kamu pasti sering mendengar nasihat ini kan? Yup, hampir semua perencana keuangan mengajarkan kita untuk selalu membedakan mana kebutuhan dan nama keinginan. Namun faktanya, banyak orang yang masih belum bisa membedakannya.
Untuk bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan sebenarnya sangat mudah. Kebutuhan adalah hal yang mendasar dan tidak bisa digantikan, atau ditunda. Sementara keinginan adalah, hal yang bisa ditunda, atau bahkan diabaikan demi memenuhi kebutuhan.
Misalnya saat membeli smartphone. Tanyakan apa kebutuhan kamu dengan smartphone tersebut. Jika hanya untuk komunikasi, atau bersosial media, maka smartphone entry level dinilai sudah cukup.
Buta Perencanaan Keuangan
Menabung merupakan bagian dari ilmu perencanaan keuangan dasar yang wajib kamu kuasai. Dengan membiasakan menabung, secara otomatis kamu akan dituntut untuk membiasakan diri menggunakan uang secara terencana dan terukur.
Maka dari itu, mulailah untuk belajar merencanakan keuangan. Kamu bisa memulainya dengan cara membagi pos-pos pengeluaran dalam beberapa amplop sesuai dengan kebutuhan. Misalnya anggaran wajib, seperti listrik, kuota internet dan lainnya.
Selain itu, kamu pun bisa menyimpan dana ‘bermain’ yang masuk dalam pos pengeluaran hiburan, investasi, dan tentu saja pos tabungan. Semuanya pos harus dijaga ketat sesuai dengan anggarannya.
Semua Dalam Satu Rekening
Kebanyakan orang lebih suka menyimpan semua uang dalam satu rekening. Padahal ini merupakan kesalahan besar, mengingat uang yang disimpan dalam satu rekening berpotensi ‘menggoda’ kamu untuk menggunakannya.
Idealnya, kamu harus memisahkan uang dalam beberapa rekening. Untuk tabungan dan dana darurat, kamu bisa menyimpan dalam rekening terpisah. Sementara untuk biaya operasional, kamu bisa menyimpannya dalam rekening terpisah, atau bisa juga dalam bentuk cash.
Nantinya, uang yang tersimpan dalam rekening tabungan dan dana darurat dianggap sebagai uang ‘terlupakan’, sementara kebutuhan untuk sehari-hari, harus cukup dengan dana operasional.
Terpaku Dengan Prinsip YOLO
Belakangan ini banyak anak muda yang menyerukan prinsip YOLO atau You Only Live Once. Sebenarnya prinsip ini terbilang positif karena mengajak kamu untuk menikmati hidup yang hanya satu kali ini. Namun jika disikapi dengan cara yang salah, ini justru bisa berbahaya.
YOLO bisa membuat kamu menggunakan uang dengan serampangan. Dengan anggapan hidup hanya sekali, dan harta tidak dibawa mati, kamu akan terdorong untuk menghamburkan uang sesuai dengan keinginan, tanpa memperhitungkan masa depan.
Solusinya, tetap fokus pada perencanaan keuangan, investasi dan menabung. YOLO sebenarnya mengajarkan kamu untuk membedakan mana hidup hemat dan hidup pelit.