Tahun ini sepertinya akan jadi musim kawin bagi dunia perbankan lokal. Fenomena ini dimulai sejak tahun 2019 silam. Ketika itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA), lewat anak usahanya, BCA Finance, memutuskan untuk mencaplok mayoritas saham milik PT Bank Royal Indonesia.

Tidak tanggung-tanggung, BCA langsung menggelontorkan dana hingga 1 triliun untuk memborong sebanyak 2,87 juta saham milik Bank Royal. Alhasil, mereka pun kini nangkring di urutan teratas pemegang saham, sekaligus berhak jadi pengendali perusahaan.

Tidak berhenti dengan satu bank saja, BCA kemudian kembali bergerak untuk mencaplok PT Bank Rabobank Indonesia. Ketika itu, Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja langsung turun tangan dan mengkonfirmasi jika nilai akuisisi tersebut mencapai 397 miliar.

Setelah berhasil diakuisisi, Jahja Setiaatmadja menyatakan jika Rabobank akan dimerger dengan salah satu anak perusahaan BCA. Namun tidak dijelaskan dengan anak usaha yang mana Rabobank akan dimerger, namun lagi-lagi ini dikaitkan dengan isu bank digital yang mulai dilirik perbankan lokal.

Sementara untuk pembelian Bank Royal, Jahja Setiaatmadja menjelaskan jika pembelian tersebut akan digunakan sebagai bank digital. Tapi bukan untuk menyasar segmen sistem pembayaran, mereka akan mencoba untuk menyasar segmen kredit digital.

Investor Thailand Lirik Bank Lokal

Tidak hanya BCA yang begitu agresif mengakuisisi bank lokal, perusahaan keuangan luar negeri pun mulai melirik saham perbankan, salah satunya PT Bank Permata Tbk, yang kini sedang diincar oleh investor asal Thailand,  Bangkok Bank.

Dilansir dalam Bloomberg, Bangkok Bank akan bertarung dengan Sumitomo Mitsui Financial Group, yang kini disebut-sebut sebagai salah satu calon investor terkuat. Mereka akan berebut untuk bisa memiliki hampir 90% saham Bank Permata, yang nilainya mencapai 31,58 triliun.

Pihak Standard Chartered sendiri sebenarnya telah menjelaskan jika investasi di Bank Permata bukan lagi sebagai fokus utama perusahaan. Saat ini perusahaan jasa keuangan yang berbasis di London tersebut lebih fokus untuk mengurangi melakukan pemangkasan biaya.

Sebagai informasi tambahan, Standard Chartered dan PT Astra International, hingga kini masih memiliki sekitar 44,6 % di Bank Permata, dan sudah cukup lama ‘bermain’ di dunia perbankan lokal.

Sebelum Bangkok Bank dan Sumitomo Mitsui Financial Group, saham Bank Permata sebenarnya sudah dilirik beberapa investor asing, diantaranya DBS Group Holdings dan Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC). Keduanya merupakan investor ternama asal Singapura.

Dengan banyaknya investor lokal dan asing yang melirik bank-bank lokal, dapat disimpulkan jika dunia perbankan lokal sudah mengalami kemajuan pesat, dan dianggap punya prospek cerah untuk dikembangkan, terlebih untuk sektor Bank Digital.

Investor Lokal Masih Mendominasi

Meski modal asing terus berdatangan, faktanya investasi di sektor perbankan lokal masih didominasi investor lokal. Selain BCA, lewat PT Mega Corpora, tahun lalu CT Corp mencaplok 73,71% saham PT Bank Harda Internasional Tbk, dengan total modal yang ditanam sebesar 3,08 miliar.

Tidak hanya itu, perusahaan yang dimiliki Chairul Tanjung itu dikabarkan sedang mengincar saham PT Bank Pembangunan Daerah Bengkulu (BPD Bengkulu). Bahkan akhir tahun lalu mereka dilaporkan telah menyerahkan modal tahap pertama sebesar 100 miliar. Tidak ingin ketinggalan kue perbankan lokal, Grup Salim pun dilaporkan ‘turun gunung’ dengan membeli 422,8 juta saham milik PT Bank Mega Tbk, lewat anak perusahaannya, PT Indolife Pensiontama. Sebelumnya, mereka telah mencaplok 22,47% saham PT Bank Ina Perdana Tbk.