Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya berolahraga, banyak orang yang akhirnya memilih untuk berolahraga dengan bersepeda. Selain karena menyenangkan, bersepeda pun jauh lebih aman karena memungkinkan kita untuk mudah menjaga jarak.
Kondisi ini membuat permintaan produk sepeda di pasaran meningkat pesat. Sesuai dengan prinsip bisnis, tingginya permintaan yang tidak diimbangi dengan kapasitas produksi yang memadai, membuat harga melambung tinggi.
Kita sekarang sudah cukup terbiasa mendengar harga sepeda hingga mencapai puluhan, bahkan ratusan juta. Misalnya merek sepeda Brompton yang dibanderol sekitar 30 jutaan untuk varian standar, dan merk S-Work yang banderolnya bisa mencapai 60-110 juta.
Namun faktanya, harga selangit tidak membuat para pecinta sepeda gentar. Mereka tetap saja membeli produk tersebut dengan berbagai alasan. Hal inilah yang kemudian menimbulkan pertanyaan, bisakah kita menjadikan sepeda sebagai produk investasi?
Investasi Yang Sangat Beresiko
Jika melihat tren bersepeda yang tiba-tiba meledak, rasanya sulit mengatakan jika berinvestasi dalam sepeda bisa mendatangkan keuntungan besar. Hal ini tidak lain karena tidak ada riwayat sepeda jadi alat investasi, sama halnya dengan kendaraan biasa.
Terlebih jika kita berkaca kepada beberapa tren sebelumnya yang sempat meledak di Indonesia, dapat diduga jika bersepeda hanya tren sesaat. Setelah pandemi berakhir, orang-orang kemungkinan akan kembali kepada kehidupannya yang dulu, dan sepeda pun kembali kepada ‘posisinya’.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Ketua Brompton Monas Cyclists (BMC), Ahmad Muttaqin. Kepada CNBC, Ahmad menjelaskan jika sepeda hanya sekedar hobi, jarang digunakan sebagai produk investasi. Kalaupun ada, produk sepeda tersebut berlabel ‘edisi khusus’.
Namun kembali lagi kepada riwayat sepeda itu sendiri. Orang yang benar-benar mencintai sepeda sendiri saat ini jumlahnya masih sangat terbatas. Kebanyakan dari pengguna sepeda hanya sekedar ikut tren, atau karena kebutuhan berolahraga saja.
Bisa Dijadikan Prospek Bisnis Jangka Pendek
Meski tidak cocok digunakan sebagai alat berinvestasi, bukan berarti kamu tidak bisa menghasilkan uang dari tren bersepeda ini. Jika kamu jeli, sebenarnya ada trik yang bisa digunakan untuk menjadikan tren bersepeda ini menjadi ladang bisnis jangka pendek.
Misalnya, kamu bisa menjalankan bisnis jual beli sepeda. Misalnya, kamu bisa mencari sepeda yang sudah tidak digunakan lagi, atau sudah dalam kondisi rusak di pasar loak (barang bekas). Setelah itu kamu bisa merestorasi sepeda tersebut, kemudian dijual dengan harga tinggi.
Bisnis ini bisa kamu sandingkan dengan jasa reparasi sepeda, dan menyediakan spare part sepeda yang dibutuhkan konsumen. Tapi ingat, karena tujuan awalnya ini hanya dijadikan sebagai bisnis jangka pendek, perhitungan cermat wajib kamu lakukan.
Ide bisnis lainnya yang bisa dijalankan secara beriringan adalah dengan menjual aksesoris sepeda, membuka jasa desain atau menjual pakaian bersepeda, dan lainnya. Setelah itu, sempurnakan bisnis barumu ini dengan bergabung bersama komunitas-komunitas sepeda.